Perawatan TBM
A. TUJUAN
Menghasilkan tanaman kelapa sawit dengan produktivitas maksimal dengan biaya produksi serendah mungkin dan mempertahankan produktivitas yang tinggi secara berkelanjutan dan menjaga perkebunan beserta infrastrukturnya dengan menggunakan teknologi ramah lingkungan.
Menghasilkan tanaman kelapa sawit dengan produktivitas maksimal dengan biaya produksi serendah mungkin dan mempertahankan produktivitas yang tinggi secara berkelanjutan dan menjaga perkebunan beserta infrastrukturnya dengan menggunakan teknologi ramah lingkungan.
B. STANDAR
Tercapainya target produktivitas.
Tercapainya target produktivitas.
C. CATATAN
Pada saat tanaman kelapa sawit mencapai masa produksi (>3 tahun), sebagian besar biaya yang akan dibebankan pada tanaman selama masa hidupnya telah mulai dibayarkan kembali. Oleh sebab itu pengurangan standar pemeliharaan pada tahap ini tidaklah menguntungkan secara ekonomis dalam jangka panjang.
Tanaman harus dipelihara dengan baik selama 25 tahun dan biaya pengelolaan yang baik akan tertutup oleh produktivitas yang tinggi sampai tanaman tersebut di-replanting.
Pada saat tanaman kelapa sawit mencapai masa produksi (>3 tahun), sebagian besar biaya yang akan dibebankan pada tanaman selama masa hidupnya telah mulai dibayarkan kembali. Oleh sebab itu pengurangan standar pemeliharaan pada tahap ini tidaklah menguntungkan secara ekonomis dalam jangka panjang.
Tanaman harus dipelihara dengan baik selama 25 tahun dan biaya pengelolaan yang baik akan tertutup oleh produktivitas yang tinggi sampai tanaman tersebut di-replanting.
II. SENSUS POHON DAN PEMBUATAN
PETA POHON
A.
SENSUS POHON
1. TUJUAN
Mengumpulkan data tiap blok: tanaman mati, sisipan/Tanaman Belum Menghasilkan
Mengumpulkan data tiap blok: tanaman mati, sisipan/Tanaman Belum Menghasilkan
(TBM), titik tanam kosong, tanaman tidak
produktif/abnormal.
2. STANDAR
Jumlah pohon hidup didata secara akurat, diperbaharui tiap tahun dan disimpan dalam data base Agronomi.
Jumlah pohon hidup didata secara akurat, diperbaharui tiap tahun dan disimpan dalam data base Agronomi.
3. PERALATAN & BAHAN
Hard cover, ballpoint 4 warna, formulir sensus pokok, formulir rekapitulasi, kotak penyimpanan hard cover, rak penyimpanan file sensus dan map peyimpanan file sensus setiap blok.
Hard cover, ballpoint 4 warna, formulir sensus pokok, formulir rekapitulasi, kotak penyimpanan hard cover, rak penyimpanan file sensus dan map peyimpanan file sensus setiap blok.
4. PROSEDUR
·
Sensus dimulai dari barisan blok sebelah Barat
kemudian menuju barisan blok sebelah Timur pada setiap Afdeling.
·
Kepala
Afdeling/Mantri Sensus/Kepala Mandor mengancakan penyensus pada blok yang akan
disensus agar antara penyensus tidak tumpang tindih kerjanya.
·
Sensus dimulai dari ujung blok sebelah Barat
pada setiap bloknya.
·
Penyensus bergerak dari nomor barisan (pasar
rintis) yang terkecil menuju ke besar.
·
Setiap penyensus
mengamati satu pasar rintis (dua baris tanaman), bergerak dari collection ke
collection berikutnya, kemudian berbalik dan pindah ke pasar rintis berikutnya,
demikian seterusnya sampai barisan terakhir sesuai dengan nomor yang ada di
formulir sensus.
·
Apabila ada
blok-blok yang bentuk dan ukurannya berbeda dari standar, agar Kepala
Afdeling/Mantri Sensus/Kepala Mandor mengatur sesuai dengan bentuk dan ukuran
blok tersebut atau menggunakan formulir yang disesuaikan dengan bentuk dan
ukuran blok.
·
Apabila di depan
pokok ditemukan sungai/alur/parit/cekungan, agar diberi tanda garis biru.
Apabila di depan pokok ditemukan daerah hutan/semak agar diberi tanda garis
merah.
·
Setelah sensus
dilakukan, hasilnya dibawa ke kantor afdeling untuk diteruskan kepada Estate
Manager.
·
5. FREKUENSI & WAKTU
Sensus rutin populasi tanaman diperlukan pada tahap:
Sensus rutin populasi tanaman diperlukan pada tahap:
a.
Selama penanaman
(untuk memetakan titik tanam dengan menggunakan kertas isometrik (lihat
Lampiran 3)
b.
6 bulan setelah
pemanenan pada suatu areal (untuk menentukan jumlah dan distribusi tanaman
produktif), dan
c.
Satu kali setahun
(untuk memonitor jumlah tanaman produktif per tahun).
6. NORMA
Aktivitas hk/ha Semua sensus 0.13
B.
PEMBUATAN PETA POHON
1.
TUJUAN
a. Membuat peta keadaan pohon di lapangan saat tanaman siap panen.
b. Menyediakan peta dasar untuk kegiatan sensus berikutnya.
c. Membantu menentukan apakah tanaman siap untuk dipanen.
2. STANDAR
Peta pohon menunjukkan titik yang tidak ditanami, TBM, Tanaman Menghasilkan (TM), jalan, jembatan, sungai, kenampakan topografi seperti rawa, perbukitan, dll.
Peta pohon menunjukkan titik yang tidak ditanami, TBM, Tanaman Menghasilkan (TM), jalan, jembatan, sungai, kenampakan topografi seperti rawa, perbukitan, dll.
3. PERALATAN & BAHAN
Tinta dan pensil khusus untuk menggambar, meja gambar, rak peta dan mesin hitung.
Tinta dan pensil khusus untuk menggambar, meja gambar, rak peta dan mesin hitung.
4. PROSEDUR
Lapangan disurvei setelah penanaman, kemudian tiap tanaman diklasifikasikan sebagai TM (lingkaran), TBM/sisipan (titik) (lihat Sensus Pohon). Hasilnya digunakan untuk menentukan apakah tanaman tersebut siap untuk dipanen.
Luas blok kemudian dihitung dengan cara membagi jumlah titik yang dapat ditanami dengan kerapatan tanaman. Luas blok berdasarkan titik tanam (bukan luas aktual) digunakan untuk menghitung produksi dan dimasukkan ke dalam data dasar agronomi.
Lapangan disurvei setelah penanaman, kemudian tiap tanaman diklasifikasikan sebagai TM (lingkaran), TBM/sisipan (titik) (lihat Sensus Pohon). Hasilnya digunakan untuk menentukan apakah tanaman tersebut siap untuk dipanen.
Luas blok kemudian dihitung dengan cara membagi jumlah titik yang dapat ditanami dengan kerapatan tanaman. Luas blok berdasarkan titik tanam (bukan luas aktual) digunakan untuk menghitung produksi dan dimasukkan ke dalam data dasar agronomi.
5. FREKUENSI & WAKTU
Sekali dan diperbaharui setiap tahun. Sensus dan pemetaan dilakukan segera setelah tanam dan diperbaharui tiap 3 bulan setelah rotasi penanaman.
Sekali dan diperbaharui setiap tahun. Sensus dan pemetaan dilakukan segera setelah tanam dan diperbaharui tiap 3 bulan setelah rotasi penanaman.
6. NORMA
Satu tim (2 orang) ® 20 – 30 ha/hari.
Satu tim (2 orang) ® 20 – 30 ha/hari.
III. PENUNASAN TANAMAN
A. TUJUAN
1.
Menjaga tajuk tanaman yang sehat secara penuh
dengan cara membuang pelepah yang berlebihan, mati, rusak atau terserang
penyakit.
2.
Mempertahankan luas
daun optimal untuk fotosintesis
B.
STANDAR
Kelebihan pelepah ditunas sesuai standar dengan Indek Luas Daun (ILD) optimum. Daun yang menghalangi kegiatan pemanenan dan yang tidak dibuang selama pemanenan juga ditunas.
Kelebihan pelepah ditunas sesuai standar dengan Indek Luas Daun (ILD) optimum. Daun yang menghalangi kegiatan pemanenan dan yang tidak dibuang selama pemanenan juga ditunas.
C.
PERALATAN
1. Dodos Æ 7.5 cm disambung pipa besi/tangkai kayu Æ 4 cm
2. Egrek (tinggi pohon ³ 4 m)
3. Batu asah
1. Dodos Æ 7.5 cm disambung pipa besi/tangkai kayu Æ 4 cm
2. Egrek (tinggi pohon ³ 4 m)
3. Batu asah
D.
PROSEDUR
1. Pada tanaman muda yang pemanenannya masih menggunakan dodos, penunasan harus dilakukan dengan memotong seluruh pelepah yang berada di bawah 3 lingkaran daun di bawah tandan yang akan dipanen berikutnya.
2. Pada pemanenan yang dilakukan dengan menggunakan egrek, 1 – 2 lingkaran pelepah daun di bawah tandan yang akan dipanen berikutnya harus dipertahankan.
3. Serabut-serabut atau tapas pada pangkal yang mengganggu kegiatan panen dan mempersulit pengumpulan brondolan harus dibuang dengan menggunakan dodos (tinggi tanaman <4 m) atau egrek (tinggi tanaman ³ 4 m).
4. Tanaman saprofit (seperti perdu dan kayuan) yang tumbuh pada pangkal pelepah cukup lebat dan mengganggu kegiatan panen, dibersihkan dengan menggunakan egrek.
5. Tanaman-tanaman yang tumbuh lebih pesat seperti Ficus spp dan parasit harus dibuang dan diracun jika tanaman-tanaman ini telah berkembang di pohon.
6. Tanaman steril merupakan tanaman yang tidak produktif tetapi untuk menjaga agar pemeliharaan dilakukan secara konsisten maka tanaman ini harus ditunas seperti halnya tanaman normal lainnya sampai tanaman tersebut diracun dan ditebang.
1. Pada tanaman muda yang pemanenannya masih menggunakan dodos, penunasan harus dilakukan dengan memotong seluruh pelepah yang berada di bawah 3 lingkaran daun di bawah tandan yang akan dipanen berikutnya.
2. Pada pemanenan yang dilakukan dengan menggunakan egrek, 1 – 2 lingkaran pelepah daun di bawah tandan yang akan dipanen berikutnya harus dipertahankan.
3. Serabut-serabut atau tapas pada pangkal yang mengganggu kegiatan panen dan mempersulit pengumpulan brondolan harus dibuang dengan menggunakan dodos (tinggi tanaman <4 m) atau egrek (tinggi tanaman ³ 4 m).
4. Tanaman saprofit (seperti perdu dan kayuan) yang tumbuh pada pangkal pelepah cukup lebat dan mengganggu kegiatan panen, dibersihkan dengan menggunakan egrek.
5. Tanaman-tanaman yang tumbuh lebih pesat seperti Ficus spp dan parasit harus dibuang dan diracun jika tanaman-tanaman ini telah berkembang di pohon.
6. Tanaman steril merupakan tanaman yang tidak produktif tetapi untuk menjaga agar pemeliharaan dilakukan secara konsisten maka tanaman ini harus ditunas seperti halnya tanaman normal lainnya sampai tanaman tersebut diracun dan ditebang.
Umur tanaman (thn) Pelepah yang dipertahankan*12 1*
Jumlah pelepah di bawah tandan terbawah
E. FREKUENSI & WAKTU
Setahun sekali saat produksi rendah.
Setahun sekali saat produksi rendah.
F. NORMA
Aktivitas hk/ha
Penunasan ringan 0.3 – 0.4
Penunasan berat 1.1 – 1.3
* Norma di atas termasuk penyusunan pelepah dan seresah
Penunasan ringan 0.3 – 0.4
Penunasan berat 1.1 – 1.3
* Norma di atas termasuk penyusunan pelepah dan seresah
Perawatan TM ( Tanaman Menghasilkan )
A. Tunas
Tidak ada pruning/penunasan selama masa belum menghasilkan (TBM) sampai 6
bulan menjelang panen pertama, dan biasanya 24 bulan setelah tanam, pekerja
tidak boleh memotong atau membuang pelepah pada masa ini. Pelaksanaan pruning
bias dilakukan apabila adanya pelepah yang mati dan tidak produkstif, serta
adanya janjang dan buah busuk, dan ini disebut pruning sanitasi, gunanya adalah
untuk memudahkan pemanen sehingga pekerjaannya tidak terganggu
1.Tunas Pasir
Syarat :
Syarat :
Tunas pasir hanya dikerjakan 1 kali saja selama hidupnya kelapa sawit,
yaitu bila tanaman sudah berumur 2.5 tahun sejak ditanam dilapangan, maka
apabila cukup berkembang untuk produksi buah atau TBS.
Cara
:
a.
Seluruh daun / cabang yang paling bawah sebanyak 1-2 lingkaran pertama
(maksimum 15 cm dari tanah ) supaya dibuang, diatas batas ini cabang tidak
boleh diganggu.
b.
Cabang harus dipotong rapat kepangkal dengan memakai arit (egrek kecil).
c.
Dengan alat ini (memakai gagang sepanjang 1,5-2,0 meter ) potongan-potongan
cabang mudah dikumpulkan dengan menariknya (dikait) keluar.
d.
Pekerjaan ini harus dikerjakan oleh buruh sendiri dibawah pengawasan yang
ketat, tidak dibenarkan oleh pemborong.
e.
Tenaga kerja untuk tunas pasir : 4 hb / HA.
f.
Sesudah pekerjaan tunas pasir hingga masa tunas selektif, maka dilarang
keras memotong cabang tanaman kelapa sawit untuk tujuan apapun, kecuali analisa
daun, dan ini hanya dibenarkan mengambil anak daunnya saja.
2.Tunas Selektif
Tujuan.
Tujuannya untuk mempersiapkan pokok untuk dipanen,yakni pada umur 3-4
tahun, tergantung pada keadaan pertumbuhan pokok.
Syarat.
a. Suatu blok atau golongan tanaman dapat
milai ditunas selektif jika sekurang-kurangnya 40% telah mempunyai tandan buah
yang hampir masak pada tinggi 90 cm (3 kaki) dari tanah diukur dari permukaan
tanah kepangkal tandan.
b. Semua pohon yang memenuhi syarat yang
ditentukan (ukuran tingginya) harus ditunas.
Cara.
c. Batas tunas adalah : 2 cabang songgo
buah keatas supaya ditinggalkan tidak ditunas.
d. Semua cabang dibawah songgo buah
tersebut diatas supaya ditunas secara timbang air keliling pokok.
e. Semua rerumputan seperti pakis dan
lain-lain yang tumbuh pada pokok kelapa sawit harus dicabut / dibersihkan.
f. Pusingan tunas perdana bagi sisa pokok
yang 60% lagi dilaksanakan 4 bulan sekali, hingga semua pokok akhirnya akan
tertunas.
g. Alat untuk tunas selektif adalah tajak
atau pisau dodos yang dipakai juga untuk potong buah pada tanaman produktif
muda, lebar mata tajam 14 cm.
h. Alat yang sama masih terus dipakai untuk
tunas biasa hingga pokok mencapai ketinggian kurang lebih 2,5 meter.
i. Alat ini diberi gagang kayu laut
atau domuli sepanjang 1,5-2 meter, cabang dipotong rapat kepangkal dari arah
samping untuk menghindari alat melukai pokok.
j. Tunas selektif berlaku untuk tanaman
umur 3-4 tahun, dengan tenaga : 50 pokok/hb.atau ( 6 hb / HA / tahun ).
Perhitingan luas. Luas yang ditunas
selektif = jumlah pohon yang ditunas x HA.
143
TUNAS UMUM ( BIASA ).
1. Pusingan.
143
TUNAS UMUM ( BIASA ).
1. Pusingan.
a.
Pusingan tunas umum (biasa) untuk Tanaman Menghasilkan dilaksanakan 9 bulan
sekali, atau 4 pusingan dalam 3 tahun, dengan demikian perencanaan pusingan
tiap tahun harus selalu didasarkan pada pusingan terakhir pada tahun yang lalu.
Misalnya situasi pada 1986 yaitu melaksanakan / menyelesaikan pusingan januari
1986 – September 1986 dan memulai pusingan oktober 1986 – juni 1987.
2.
Cara.
a. Seluruh umur ditunas hingga 2 (dua)
cabang songgo buah paling bawah secara timbang pasir.
b. Satu rotasi tunas harus selesai dalam
jangka waktu 9 bulan, sedangkan untuk satu tahun : 1 1/3 pusingan.
Pruning Treatments
|
Rata-rata hasil
(Ton/ffb/ha/tahun)
|
Hanya pelepah kering saja
|
23.3
|
Tersisa 40 - 56 pelepah/pohon
|
23.0
|
Tersisa 24 - 32 pelepah/pohon
|
19.8
|
Umur
Tanaman (thn)
|
Lingkaran
pelepah
|
Jumlah
pelepah/phn
|
Rotasi/tahun
|
3 – 4
5 – 8
9 – 12
> 12
|
7
6
5
4
|
56
48 – 52
40 – 44
32 - 36
|
1.0
1.0
1.3
1.3
|
Penyusunan Pelepah
1.
Pelepah-pelepah atau cabang disusun (dirumpuk) digawangan yang tidak ada
pasar rintisnya.
2.
Cabang tidak perlu dipotong-potong, melainkan dirumpuk saja memanjang
barisan pohon, tindih menindih dan jangan berserakan.
3.
Andaikata digawangan tanpa rintis seperti dimaksud diatas kebetulan pula
ada parit dengan arah memanjang barisan, maka cabang-cabang harus dipotong tiga
dan dirumpuk diantara pohon dalam garisan sesuai dengan metode lama.
4.
Keuntungan cara ini adalah sebagai berikut :
a.
Cabang tidak perlu dipotong-potong kecuali jika dadparit memanjang
digawangan, sehingga menghemat energi dan waktu tukang potong buah / tunas.
b.
Piringan tidak bertanbah sempit oleh ujung-ujung cabang karena telah
dirumpuk jauh ditengah gawangan.
c.
Ancak panen dari masing-masing tukang potong buah lebih aman dari
saling ”curi buah” antara sesama mereka (pindah antar rintis lebih
sulit).
d.
Menekan pertumbuhan gulma ditengah gawangan.
Untuk areal berbukit
yang arah rintisnya memanjang dari puncak bukit ke kaki bukit, susynan cabang
harus searah (artinya pucuk bertindih dengan pucuk, pangkal dengan pangkal),
dimana pangkal pucuk harus berada dibagian lereng yang tertinggi.
·
Satu orang mengancak satu baris.
·
Potong cabang – langsung disusun.
·
Bersihkan epiphyt – langsung dibersihkan piringan dari sampah.
·
Kemudian baru pindah ke pohon berikutnya.
·
Penunasan sebaiknya dilakukan pada saat periode produksi rendah kecuali
tenaga kerja cukup
·
Pelepah hasil penunasan harus disusun untuk mencegah erosi, menjaga
kelembaban, memudahkan kegiatan operasional (rawat dan panen), menekan
pertumbuhan gulma, merangsang pertumbuhan akar dan sumber hara.
·
Cara penyusunan pelepah :
1. Harus disusun rapi menyebar di gawangan mati dan di antara pohon. Tidak mengganggu jalan rintis dan piringan
1. Harus disusun rapi menyebar di gawangan mati dan di antara pohon. Tidak mengganggu jalan rintis dan piringan
2. Susunan pelepah berbentuk : ”L”
3. Pada areal curam, peletakan pelepah
mengikuti jalan kontur untuk menahan air.
Penyiangan Chemis
Berdasarkan asal dan sifat kimianya.
a. Pestisida Simtetik .
Anorganik ( contoh : garam-garam beracun, seperti Arsenat, Fluorida) Organik
1. Hidrokarbon barchlor ( contoh : DDT & analognya, MIC, Siklodion).
a. Pestisida Simtetik .
Anorganik ( contoh : garam-garam beracun, seperti Arsenat, Fluorida) Organik
1. Hidrokarbon barchlor ( contoh : DDT & analognya, MIC, Siklodion).
1.
Meterosilclik (contoh : Strobane, Mirex, Kepone)
2.
Fosfat organik (contoh : Parathion, Malathion, Abate fenithrothion)
3.
Karbonat (contoh : Carbaryl, Arprocarp, Carbofuran).
4.
Nitrofenol (contoh : DNOC atau Dinitrocresol)
5.
Thiosianat (contoh : Lethane)
6.
Sulfonat (contoh : Sulfida)
7.
Sulfon (contoh : Ovex atau ovotran)
8.
Lain-lain (fimigan), (contoh : Metilbromida).
b. Pestisida asal tanaman.
1. Nicotionida (contoh : Nicotin )
1. Nicotionida (contoh : Nicotin )
2. Pyrathroida (contoh : Pyrathrum).
3. Retonoida (contoh : Rotenon)
c. Berdasarkan reaksinya :
1. pestisida kontak (contoh : Paraquat)
1. pestisida kontak (contoh : Paraquat)
2. pestisida
siatemik (contoh : Roud-up).
Banyak jenis tanaman yang tumbuh di kebun sebagian tidak berbahaya sedang
yang lainnya kompetitif atau berbahaya, yang berbahaya harus dikendalikan atau
dimusnahkan. Tanaman dapat diklasifikasikan dalam kategori berikut :
Kelas A : Tanaman yang mungkin dianjurkan
Kelas B : Tanaman yang biasanya berguna tetapi kadang kadang perlu dikendalikan
Kelas A : Tanaman yang mungkin dianjurkan
Kelas B : Tanaman yang biasanya berguna tetapi kadang kadang perlu dikendalikan
Kelas C : Tanaman yang tidak di ingini
yang harus dimusnahkan
1.
Peralatan Weeding Control
a.
Knapsac Sprayer. Ada dua (2) jenis unit yang
ada dan baik untuk difgunakan yaitu bahan yang terbuat dari logam dan plastik
propylene
b.
Nozzle. Nozzle sangat penting karena bersamaan dengan tekanan pompa untuk
menentukan jumlah dan kualitas larutan yang keluar. Nozzle terbuat dari
kuningan, stainless steel, alumunium, keramik atau plastik, nozzle dari
kuningan atau plastik baik untuk digunakan walaupun yang dari kuningan
adalah yang terbaik dan tahan lama.
c.
Aksesoris. Banyak aksesoris yang berguna dan dapat dipasang pada alat
semprot untuk meningkatkan effisiensi dan ketepatan antara lain :
2.
Pemeliharaan Alat
Untuk efisiensi maksimum pompa harus
dijaga tetap bersih dan siap pakai
a. Operator harus bertanggung jawab untuk
merawat dan memelihara peralatan pompanya, bagaimana harus merawat secara rutin
dan mengetahui bagian-bagian dari alat yang bekerja.
b. Setelah selesai bekerja, alat harus
dicuci bersih luar dan dalam dengan air bersih, dan harus disimpan
terbalik untuk membantu mengalirkan air dan pengeringan, pemeriksaaan
kebocoranharus dilakukan setiap hari.
c. Nozzle dan saringan harus diperiksa tiap
hari dan sumbatan harus dibersihkan dengan sikat gigi atau kayu, dan jangan
gunakan peniti atau kayu runcing untuk membersihkan sumbatan yang akan
mengakibatkan membesarnya lubang, sehingga pola semprotan salah dan memerlukan
lebih banyak volume semprot. Dan setiap 3 bulan sekali nozzle yang telah
dipakai di kalibrasi dengan membandingkan dengan nozzle yang baru dengan ukuran
dan spesifikasi yang sama
d. Memeriksa semua washer dan beri pelumas
pada bagian yang bergerak, disamping membawa peralatan nozzle cadangan apabila
diperlukan
e. Perbaikan secara menyeluruh harus
ditangani oleh mekanik yang berpengalaman.
Setiap jenis pestisida harus digunakan dengan tepat dan teliti sesuai
dengan rekomondasi yang dikeluarkan oleh produsennya (antara lain mengenai
dosis, waktu, alat aplikasi) disatu pihak, serta ketentuan-ketentuan cara
aplikasinya yang tidak membahayakan bagi kesehatan dilain pihak.
Sehubungan dengan itu antara lain ada beberapa faktor yang sangat perlu
diperhatikan, yaitu :mengenai petugasnya, alat-alat pelindung yang
dipergunakan, serta tindakan penjagaan sebelum, selama dan setelah aplikasi.
Petugas (para penyemprot, petugas digudang pestisida, dsb).
Didalam menjalankan tugasnya, maka petugas-petugas yang langsung berhubungan dengan pestisida haruslah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
Petugas (para penyemprot, petugas digudang pestisida, dsb).
Didalam menjalankan tugasnya, maka petugas-petugas yang langsung berhubungan dengan pestisida haruslah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1.
Harus berbadan sehat, tidak mempunyai kelainan kulit (kudis/luka terbakar)
atau saluran pernafasan.
2.
Tidak sedang hamil atau menyusui (bagi pekerja wanita)
3.
Harus dapat membaca dan mengerti tanda-tanda bahaya keracunan.
4.
Harus mengerti bahaya keracunan pestisida dan cara-cara menjarahnya yang
tidak membahayakan keselamatan.
5.
arus mengerti cara-cara menggunakan alat P3K dan alat pemadam kebakaran
(bagi petugas yang bekerja di gudang pestisida).
6.
Setiap pekerja penjamah pestisida harus diperiksa kesehatannya secara
rutin, sekurang-kurangnya 1 kali 6 bulan oleh dokter (dengan atau tanpa
keluhan).
7.
Bila keluhan dicurigai akibat bahan pestisida, maka pekerja tersebut yntuk
sementara waktu tidak dibenarkan bekerja dengan bahan pestisida, sampai
penyebab keluhan/penyakitnya tersebut dapat dipastikan, serta mendapat
pengobatan yang segera dan tepat dari dokter.
8.
Setiap keracunan bahan pestisida adalah merupakan kecelakaan kerja dan
wajib dilaporkan kepada DEPNAKER untuk ASTEK.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar